Home > News > 8 KPI HRD Untuk Membangun SDM Berkualitas

8 KPI HRD Untuk Membangun SDM Berkualitas

Admin | 2 years ago

Karyawan adalah aset perusahaan dan harus dikelola dengan baik oleh tim Human Resource Development (HRD). Agar pengelolaan karyawan berjalan baik, perusahaan perlu menggunakan metode Key Performance Indicator (KPI) HRD.

KPI untuk divisi HRD akan mengukur kinerja seluruh karyawan dalam mencapai tujuan perusahaan. 

Perusahaan memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk membantu mencapai tujuannya. SDM atau karyawan adalah seseorang yang tergabung dalam kelompok tenaga kerja yang dipinjam keterampilan dan bakatnya oleh perusahaan.

SDM perlu diatur dan diarahkan dalam bekerja. Selain itu, SDM juga harus diperhatikan kesejahteraannya, dimotivasi, dikembangkan kemampuannya, dan yang paling penting dipertahankan. Oleh karena itu, diperlukan divisi khusus yang memperhatikan SDM. Itulah tugas Human Resource Development (HRD).

Ruang lingkup pekerjaan HRD adalah sebagai berikut:

  • Merekrut dan mempekerjakan karyawan
  • Penentuan gaji dan asuransi
  • Orientasi di hari pertama kerja
  • Manajemen kinerja
  • Pelatihan dan pengembangan keterampilan

Diperlukan metode yang tepat Agar pekerjaan-pekerjaan divisi HRD terlaksana dengan baik. Salah satu metode yang dapat dipakai adalah Key Performance Indicator (KPI) untuk divisi HRD.

8 KPI HRD Agar SDM Teratur

Ada delapan KPI yang dapat diterpakan tim HRD untuk mengatur dan membuat karyawan menjadi betah bekerja.

Berikut adalah penjelasannya:

1. Tingkat absensi

Tingkat absensi adalah KPI utama bagi divisi HRD. Ini akan melihat engagement karyawan terhadap perusahaan. Tingkat absensi juga menggambarkan motivasi karyawan terhadap pekerjaannya.

Perlu diketahui, yang dimaksud absensi adalah karyawan yang tidak masuk tanpa keterangan. Jika karyawan cuti atau sakit dengan keterangan dokter, itu bukan termasuk absensi.

Tingkat absensi yang tinggi akan berpengaruh ke banyak hal, seperti atmosfer tim kerja, produktivitas, dan efektivitas keuangan. Jika ada karyawan yang mempunyai tingkat absensi tinggi, perusahaan perlu menindaklanjuti untuk mengetahui apa yang terjadi. 

2. Cost per hire

Cost per hire mengukur investasi yang dikeluarkan untuk karyawan. Investasi dimulai saat perekrutan dan ketika sudah bekerja.

Biaya perekrutan meliputi pemasangan iklan lowongan kerja, review kandidat, wawancara, sampai dengan penentuan kandidat.

Investasi kepada karyawan tidak berhenti sampai dengan penentuan kandidat. Jika sudah terpilih, perusahaan tetap berinvestasi kepada karyawan untuk meningkatkan kemampuannya. Oleh karena itu, investasi ketika sudah bekerja meliputi pelatihan peningkatan kemampuan karyawan.

3. Retensi karyawan

Retensi karyawan adalah upaya perusahaan dalam mempertahankan karyawan. Perekrutan karyawan merupakan proses yang panjang dan melelahkan, untuk itu ketika sudah mendapatkan kandidat yang baik, upaya selanjutnya adalah mempertahankan selama mungkin.

Retensi karyawan bertujuan agar karyawan merasa betah bekerja di tempat Anda. Strategi yang biasa dilakukan adalah motivasi melalui pengahargaan kerja.

4. Tingkat turn over pada tahun pertama

KPI ini mengukur tingkat turn over karyawan pada periode waktu tertentu, umumnya dihitung pada tahun pertama.

Tingkat turn over yang tinggi di tahun pertama menandakan perlunya memperbaiki Standar Operasional Prosedur (SOP) perekrutan. Perbaikan diperlukan agar di masa depan menghasilkan karyawan yang lebih tepat, sehingga bisa bertahan selama mungkin.

5. Jumlah cuti karyawan

Cuti adalah hak karyawan yang diatur Undang-undang Ketenagakerjaan. Karyawan mendapatkan hak 12 hari cuti kerja setiap tahunnya.

Karyawan perlu mengambil cuti untuk istirahat dari rutinitas kerja sehari-hari. Cuti adalah cara yang tepat untuk meningkatkan produktivitas karyawan. Ketika karyawan kembali produktif setelah cuti, ini akan berdampak positif juga untuk perusahaan.

6. Jumlah waktu lembur

Idealnya karyawan menyelesaikan pekerjaan pada waktu regular (jam kerja). Kerja lembur terjadi karena beberapa alasan, seperti jumlah pesanan yang meningkat, pekerjaan yang mendekati deadline, atau jumlah karyawan yang kurang terhadap satu pekerjaan sehingga beban kerjanya bertambah.

Melacak jumlah waktu lembur melalui KPI dapat membantu divisi HR mengetahui tren setiap karyawan bekerja di waktu regular. Idealnya, karyawan mempunyai waktu lembur yang rendah. Jika jumlah waktu lembur tinggi, tim HR perlu mencari cara agar karyawan efektif bekerja di waktu reguler.

7. Persentase biaya pelatihan tenaga kerja

Mengukur uang yang dikeluarkan untuk pelatihan karyawan akan melihat keefektifan investasi yang sudah dilakukan.

Investasi kepada karyawan melalui pelatihan akan berguna untuk perusahaan di masa depan. Namun, kesempatan mengembangkan diri tidak hanya ditujukan untuk karyawan baru. Karyawan lama pun harus diberi kesempatan yang sama.

Saat ini, tren kesadaran karyawan untuk mengembangkan diri semakin meningkat. Semakin banyak karyawan yang ingin belajar lebih dalam mengenai jabatan atau tugas yang kerjakannya. Investasi yang tepat akan meningkatkan loyalitas karyawan. 

8. Indeks kepuasan karyawan

Indeks kepuasan karyawan mengukur kepuasan karyawan atas kesejahteraan yang sudah diberikan perusahaan. Tingkat kepuasan yang tinggi menandakan karyawan senang bekerja sama dengan Anda. Ini akan mengurangi tingkat turn over.

Survei kepuasan karyawan dapat dilakukan melalui pembagian kuesioner, wawancara, atau percakapan informal.

Penutup

Perhatian yang cukup kepada karyawan akan berdampak kepada produktifitas kerja. Selain itu, karyawan akan menjadi loyal dengan perusahaan. Memperhatikan delapan ukuran KPI di atas akan membantu tim HRD bekerja lebih efektif.

Menggunakan Profitku dapat membantu Manajer HRD dalam mengawasi kinerja karyawan divisinya. Selain itu, Profitku akan memantau secara realtime KPI tim HRD.